Selasa, 10 Januari 2012

Menambah Umur menurut Kitab Ta'limul Muta'alim

DATANGNYA REZEKI DAN YANG MENGHAMBATNYA. DAN HAL-HAL YANG DAPAT MENAMBAH DAN MENGURANGI UMUR.
A. PENDAHULUAN
Setiap manusia membutuhkan makanan, maka para santri/ pelajar harus mengetahui hal-hal yang dapat mendatangkan rezeki, juga harus mengetahui apa yang dapat menambah dan mengurangi umur, serta mwenyehatkan badan agar leluasa dalam menuntut ilmu.
Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit tentang hal-hal yang dapat datangnya rezeki dan yang menghambatnya. dan hal-hal yang dapat menambah dan mengurangi umur.
B. PEMBAHASAN
1. hal-hal yang dapat datangnya rezeki dan yang menghambatnya. dan hal-hal yang dapat menambah dan mengurangi umur menurut islam.
Para ‘Ulama’ telah menyusun beberapa kitab yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu di ini kami akan membahas secara ringkas.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لايرد القدر الا الدعاء ولا يزد فى العمر الا البر.
Rasulullah bersabda, “ Tidak dapat menolak takdir kecuali berdo’a, dan tidak dapat menambah usiakeccuali berbuat baik. Maka sesungguhnya orang laki-laki bisa terhalang rezekina karena dosa yang di kerjakan.”
Hadist ini menunjukkan bahwa melakukan dosa itu dapat menyebabkan rexeki, khususnya dosa akibat berdosa. Karena dusta itu dapat menyebabkan kefakiran.
Tidur pagi dapat menebabkan miskin ilmu. Ada orang yang berkata, “ bahagiana orang itu jika mengenakan pakaian, adapun cara mengumpulkan ilmu adalah meninggalkan tidur”.
Penyair berkata, “bukankah termasuk kerugian bila malam-maam di biarkan berlalu tanpa guna, pada hal malam itu di hitung termasuk jatah umur.”
Penyair lain mengatakan, “ bangunlah di waktu malam agar kamu mendapat petunjuk yang benar, betapaa lamanya kamu tidur, sementara itu umurmu semakin habis.”
Termasuk yang dapat menghambat rezeki adalah tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub, tidur di atas lambung membiarkan makanan yang jatuh, membakar kulit bawang merah dan putih, menyapu rumah dengan sapu tangan, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah di dalam rumah, berjalan di muka orang tua, memanggil keduaa orang tua dengan namanya, membersihkan makanan yang tersisa di celah-celah gigidengan sembarang kayu, meembersihkan tangan dengan debu, duduk di muka pintu, bersandar pada salah satu daun pintu, wudhu di tempat istirahat, menambal abuju yang sedang di kenakan (di pakai), membersihkan badan dengan baju, membiarkan rumah laba-laba di dalam rumah, menyepelekan solat.
Tergesa-gesa keluar dari masjid setelah solat subuh juga dapat menghambat rezeki, terlalu pagi pergi ke pasar, terlambat pulang dari pasar, membeli roti dari pengemis, mendoakan buruk pada anak, tidak menutupi wadah, memadamkan lampu dengan di tiup, semua itu juga daapaat menyebabkan kefakiran. Begitu menurut hadist para sahabat.
Menulis dengan polpen yang di ikat, meyisir rambut dengan sisir yang retak, tidak mau mendoakan orang tua, mengenakan surban dengan duduk, mengenakan celana dwengan berdiri, kikir, terlalu hemat, terlalu berlebihan, menunda/ meremehkan segala urusan, semua itu juga dapat menyebabkan kefakiran.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : استنـزلوا الرزق بالصدقة
Rasululah SAW bersabda. “memohonlah kalian akan turunya rezeki dengan bersedekah”.
Bangun pagi itu di berkahi, dan bisa menambah nikmat khusunya rezeki. Tulisan ang indah, bemuka ceria, dan berbicara yang baik juga dapat mendatangkan rezeki.
Hasan bin Ali ra. Berkata. “menyapu halaman dan memncuci pakaian bisa mendatangkan rezeki, dan sebab paling kuat untuk mendatangkan rezekisalat dengan khusyuk, dan memenuhi rukun-rukunya salat, syarat-syaratnya, dan adabnya solat dhuha,jugadapat mendatangkan rezeki. Membaca surat waqiah pada waktu malam, membaca surat al-mulk, surat Muzammil, surat wallaili idza yakhsa, surat alam nashrah jugavdapat mempermudah datangnya rezeki. Datang di masjid sebelum adzan, terus menerus dalam keadaan suci, melakukan salat sunah fajar dan witir di rumah juga dapat melapangkan rezeki.”
Setelah mengerjakan salat witir jangan membicarakan masalah dunia, jangan banyak bergaul dengan perempuan kecuali ada hajat,dan jangan membicarakan masalah-masalah yang tidak bermanfaat.
Ada yang berkata bahwa barang siapa yang sibuk mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, maka dia kehilangan sesuatu yang berguna baginya.
Imam bazrajamhar berkata, “ jika kamu meelihat orang yang banyak bicara, maka ketahuilah bahwa dia adalaah orang gila.”
Sayyida Ali ra berkata, “ Bila sempurnaa akal seseorang, niscaya ia sedikit bicara.” Penyusun kitab ini berkata perkataan sayydina ali tersebut sesuai dengan kandungan syair ini, “ jika sempurna akal seseorang maka sedikit bicarnya. Dan ketahuilah bahwa orang yang banyak bicara itu hakekaatnya adalaah orang bodoh.” Penyair lain berkata, “ Berbicara itu laksana hiasan, sedangkan diam adalah keselamatan. Oleh karena itu jangan banyak bicara. Berbicaralah seperlunya. Kamu bisa menyesal satu kali karena diam. Tetapi kamu bisa menyesal beberapa kali karena bicara”.
2. hal-hal yang dapat datangnya rezeki dan yang menghambatnya. dan hal-hal yang dapat menambah dan mengurangi umur menurut medis.
Rasulullah saw: Perbanyaklah bersuci niscaya Allah akan menambah usiamu. (Aamalil Mufid: 5/60), Imam Shodiq as: Barang siapa yang baik niatnya maka akan ditambah usianya. ( Al Bihar: 69/408/117) Imam Shodiq as: Barang siapa yang memperbaiki kebaikannya kepada keluarganya maka akan ditambah usianya. ( Aamalit Thusy: 245/425) Imam Shodiq as: Jika kamu manyukai untuk Allah menambah usiamu maka gembirakanlah kedua orang tuamu. ( Az Zuhdu lil bin sa’id: 33/87).
Liputan6.com, Los Angeles: Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap kunyit dan rempah-rempah yang umum terdapat dalam kari India serta hidangan Asia lainnya, dipercaya dapat memperpanjang usia Anda. Hal ini dikarenakan kandungan dalam kunyit yang memiliki anti-oksidan, selain itu sebuah unsur yang ditemukan dalam kunyit juga dapat menunda kerusakan hati, serta mencegah kanker.
Sebuah uji coba dilakukan terhadap lalat pada buah menemukan bahwa bumbu-bumbu bahan masakan Asia tersebut menyebabkan seragga tersebut hidup 20 persen lebih lama dari biasanya. Para peneliti mengungkapkan bahwa kandungan dalam bumbu tersebut membuat para serangga itu meningkatkan mobilitas.
Mahtab Jafari, pemimpin penelitian dari Universitas California, mengatakan, “Hasil awal dari penelitian laboratorium menunjukkan bahwa kandungan dalam bumbu tersebut memiliki anti-inflamasi, anti kanker dan antioksidan.” Jafari mengatakan karyanya dengan lalat buah dapat langsung relevan dengan bagaimana kunyit mempengaruhi orang, karena lalat dan manusia memiliki gen dan penuaan yang hampir sama, konsumsi rempah-rempah mempengaruhi usia gen pada lalat.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa hasil penelitiannya ini tidak bisa langsung diujicoba kepada manusia. Kurkumin merupakan bahan dalam kunyit, bumbu dasar yang berwarna oranye ini merupakan pokok dalam masakan Asia, yang juga digunakan pada masakan Amerika karena rasa pedasnya. Bumbu ini telah digunakan sebagai obat oleh masyarakat selama berabad-abad, dan dikonsumsi di Asia untuk mengobati sakit perut, sakit radang sendi, luka dan memar.(Xinhua/AYB).
C. KESIMPULAN
Sebagai manusia yang hidup di dunia, sebaiknya kita wajib mengetahui hal-hal yang dapat mendatangnya rezeki dan yang menghambatnya. dan hal-hal yang dapat menambah dan mengurangi umur. Agar kita dapat hidup dengan nikmat dan penuh ketentraman.
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Qadir Aljufri, Terjemah Ta’lim Muta’alim,Mutiara Ilmu, Surabaya. 1995.
2. http://www.almusthafa.org/index.php?option=com_content&view=article&id=464:sesuatu-yang-dapat-menambah-usia&catid=47:hadist-a-kata-mutiara&Itemid=99.
3. http://amuttaqin.wordpress.com/2010/10/20/cita-rasa-asia-menambah-usia/

Mencari Ilmu, Guru, dan Teman Menurut Kitab ta'limul Muta'alim

I. Pendahuluan
Mencari ilmu adalah hal yang paling mulia di sisi Allah SWT, dan begitu banyak rintangan dan godaan yang menghadang dalam meraih kesuksesan, serta sulit bagi orang awam untuk meraihnya. Oleh karena itu dalam mencari ilmu, mempunyai banyak aturan-aturan yang harus di penuhi atau di jalankan, seperti dalam memilih ilmu yang akan di pelajari, memilih guru, serta memilih teman yang bisa di jadikan sahabat dalam menuntut ilmu, karena tanpa mengetahui kriteria tersebut, tidak mungkin seorang yang mencari ilmu itu dapat sukses 100%, oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas sedikit tentang bagaimana cara memilih ilmu yang akan di pelajari, memilih guru, dan memilih teman.
Namun bila semua itu bisa di penuhi atau di jalankan, insya Allah kita yang sedang mencari ilmu akan mendapatkan hasil yang kita inginkan, serta sabar dan istiqomah dalam menuntut ilmu.
Semoga bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian, amin.



Penulis,








II. Rumusan Masalah
• Tata cara mencari ilmu
• Tata cara mencari guru
• Tata cara mencari teman dalam mencari ilmu

III. Pembahasan
FASAL MENERANGKAN TENTANG MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN UNTUK MENCARI ILMU
A. TATA CARA MENCARI ILMU
Sebaiknya orang yang mencari ilmu itu memilih ilmu yang baik, dan perkara yang dibutuhkan dalam urusan agama, baik hal yang mendesak (waktu yang sempit) ataupun hal yang tidak mendesak (waktu yang luas), dan seorang yang mencari ilmu sebaiknya mendahulukan ilmu tauhid supaya orang yang mencari ilmu tadi mengerti atau tau tentang dalil-dalil Allah swt, meskipun dalam madzhab kita (Imam Syafi’i) diperbolehkan atau diperkenankan iman kepada allah dengan ikut-ikutan (taqlid), akan tetapi dikatakan berdosa jika orang tadi meninggalkan mencari dalil tentang kebenaran atau sifat-sifat Allah. Dan dianjurkan lagi bagi orang yang mencari ilmu untuk memilih ilmu yang kuno, maksudnya ilmu yang berasal dari Nabi Muhammad saw, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka,bukan ilmu yang baru seperti ilmu manthiq, ilmu hikmah, ilmu khilaf. Seperti yang telah dikatakan oleh ulama’ :
عَلَيْكُمْ بِالْعَتِيْقِ وَاِيَّاكُمْ بِالمُحْدَثَاتِ
”berpeganglah pada ilmu yang kuno atau dahulu dan takutlah kalian pada ilmu yang baru”.
Dan jauhilah dari hal-hal yang menyibukkan kamu seperti debat, karena sudah jelas bahwa debat akan terjadi setelah wafatnya orang-orang ‘alim yang agung. Sesungguhnya debat akan menjauhkan orang yang mencari ilmu dari kepahaman, menyia-nyiakan umur, mendatangkan keresahan atau kegundahan, dan permusuhan dari keduanya. Adapun debat adalah salah satu tanda dari hari kiamat, hilangnya ilmu, kepahaman, dan mendatangkan perkara yang baru.
B. TATA CARA MENCARI GURU
Adapun memilih guru dianjurkan untuk memilih guru yang lebih ‘alim lebih wira’i (menjaga dari hal-hal yang haram), dan yang lebih tua. Seperti olehnya Abu Hanifah dalam memilih guru, beliau berfikir, dan berangan-angan dulu sebelum merguru pada orang lain, dan akhirnya pun beliau menemukan seorang guru yang agung, bijaksana dan sabar yang luar biasa, yaitu Hamad bin Abi Sulaiman. Dalam memilih guru dapat juga dengan cara bermusyawaroh dengan orang yang lebih tua, tidak hanya dalam memilih guru, dalam segala halpun dianjurkan untuk bermusyawaroh kepada orang yang lebih pintar. Hingga dalam kebutuhan rumah tangga pun dianjurkan untuk bermusyawaroh, seperti yang telah dikatakan oleh Ali bin Abi Tholib :
مَا هَلَكَ اُمْرَؤٌ عَنْ مَشُوْرَةٍ
”Tidak akan rusak orang dari bermusyawaroh”.
Karena mencari ilmu itu adalah derajat yang luhur dan sulit, oleh karena itu, musyawaroh sangat penting dan wajib dalam menuntut ilmu.
Sebaiknya orang yang mencari ilmu harus menetapi dan sabar terhadap gurunya, dan kitab-kitabnya sehingga tidak meninggalkan sebelum menyelesaikannya. Dan tidak pindah dari tempat belajar ke tempat yang lain tanpa ada dlorurot, sehinnga dapat menyempurnakan belajarnya. Karena bila pindah ke tempat yang lain tanpa menyempurnakannya terlebih dahulu itu dapat menyebabkan bahaya atau dlorurot, seperti menyia-nyiakan waktu, menyakiti hati guru, dll. Seperti yang telah dikatakan Ali bin Abi Tholib :
أَلاَ لاَ تَنَالُ العِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانِ *
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ وَاِرْشَادِ أُسْتَاذِ وَطُوْلِ الزَّمَانِ
”Ingalah! Tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan dijelaskan dan terkumpul dengan jelas. Yaitu cerdas, semangat, sabar, uang, petunjuk guru, waktu yang lama”.

C. TATA CARA MEMILIH TEMAN
Memilih teman, sebaiknya bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, wira’i, orang yang memiliki watak yang benar, dan banyak kepahamannya. Dan jauhilah orang-orang yang malas, menyia-nyiakan waktu, banyak bicara, banyak melakukan kerusakan, dan fitnah. Karena banyak orang yang soleh menjadi bodoh hanya karena berteman dengan orang yang membuat kerusakan. Seperti yang telah dikatakan oleh Nabi :
كل مواود يولد على الفطرة السلام الا ان ابواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه ... الحدث
”Setiap anak yang dilahirkan itu terlahir dalam keadaan islam, tetapi orang tuanyalah yang membuat anknya menjadi yahudi, nasrani, atau majusi”.
IV. Kesimpulan
Mencari ilmu adalah suatu hal yang agung dan sulit, oleh karena itu kita harus tahu bagaimana cara-cara dalam mencari ilmu, dan hal yang terpenting dalam mencari ilmu adalah “ilmu yang di pelajari, guru yang mengajar, serta teman yang setia dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu”.

V. Daftar Pustaka
Kitab Ta’limul Muta’alim,

Niat Belajar yang Baik Menurut Kitab Ta'limul Muta'alim

I. Pendahuluan
Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar, karena niat merupakan pokok segala hal. Sebagaimana sabda Nabiu Saw :
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ (حديث صحيح)
“ Sesungguhnya sahnya segala amal itu tergantung pada niatnya.” (Hadist Sahih).
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةٍ أَعْمَالِ الدُّنْيَا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَةِ مِنْ أَعْمَالِ الاَخِيْرَةِ وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الاَخِيْرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَـةِ.
“ Banyak sekali amal perbuatan yang tergolong amal keduniaan, tapi karena didasari yang baik (ikhlas) maka tergolong menjadi amal akhirat. Dan banyak sekali amal perbuatan tergolong amal akhirat, tapi ternyata ia tergolong amal dunia karena di dasari niat yang buruk ( tidak ikhlas)”.






Penulis,

II. Pembahasan
A. Pengertian Niat Belajar
Wajib berniat belajar pada masa-masa menuntut ilmu, karena niat merupakan sesuatu yang pundamental dalam segala hal, sabda Nabi SAW : "Sesungguhnya sahnya segala amal itu tergantung pada niat."
Sabdanya lagi :"Banyak sekali amal-amal perbuatan dunia menjadi amal perbuatan akhirat disebabkan niat yang baik. Dan juga banyak sekali amal perbuatan akhirat menjadi amal perbuatan dunia disebabkan niat yang buruk."
B. Niat yang Baik dan Niat yang Buruk
Di dalam menuntut ilmu sebaiknya seorang pelajar berniat mencari rida Allah SWT, mengharapkan kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri dan dari segenap orang-orang bodoh, menghidupkan agama dan melestarikan islam, karena sesungguhnya kelestarian islam hanya dapat dipertahankan dalam ilmu dan perilaku zuhud serta takwa tidaklah sah dengan kebodohan.
Syekh Al-Imam Al-Ajjal Burhanudin, pengarang kitab Al-Hidayah telah mendendangkan syair gubahan seorang ulama :
فَسَادٌ كَبِيْرٌ عَالِمٌ مُتَهَتِكُ * وَاَكْبَرُ مِنْهُ جَاهِلٌ مُتَنَسِكُ
o "Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang yang alim yang tak peduli. Dan lebih parah lagi dari itu, seorang yang bodoh yang beribadah tanpa aturan.
هُمَا فِتْنَـةٌ فِى العَالَمِيْنَ عَظِيْمَةٌ * لِمَنْ بِهِمَا فِى دِيْنِهِ يَتَمَسّكُ
o Keduanya merupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi orang-orang yang menjadikan keduanya sebagai pedoman."
Dengan menuntut ilmu ia juga harus berniat syukur kepada Allah SWT, atas kenikmatan akal dan kesehatan badan. Jangan sampai ia berniat untuk mencapai pengaruh agar orang-orang di sekitarnya berpaling kepadanya, mencari kedudukan di mata penguasa serta yang lain.
Muhammad bin Hasan berkata :
لَوْ كَانَ النَّاسُ كُلُّهُمْ عَبِيْدِيْ ِلأَعْتَقْتُهُمْ وَتَبَرَّأْتُ عَنْ وَلاَئِهِمْ
"Andai saja semua manusia itu menjadi hamba sahayaku, niscaya akan kumerdekakan semuanya dan aku akan melepaskan semua hak waris wala' dari mereka.”
C. Kiat Sukses dalam Belajar
Untuk sukses harus belajar, dan untuk belajar seseorang harus punya kiat sukses untuk belajar itu sendiri, dalam hal ini penulis memberikan kiat yang bisa kita terapkan sebagai satu pandangan dalam teori belajar, di samping tetap memperhatikan faktor lain. kiat belajar tersebut antara lain:
1. Hendaknya kita mengikhlaskan niat dalam belajar untuk menunaikan kewajiban kita kepada Allah dan membekali diri dengan ilmu agar bisa beramal saleh. Karena amal tidak akan diterima tanpa niat dan cara yang benar. Sementara niat dan cara yang benar tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu. Oleh sebab itu imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab dalam Kitabul Ilmi di kitab sahih Bukhari yang berjudul ‘Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan’. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan (yang benar) selain Allah dan mintalah ampunan untuk dosamu…” (QS. Muhammad: 19). Selain itu hendaknya kita berdoa kepada Allah untuk diberikan ilmu yang bermanfaat.
2. Sebelum lebih jauh mempelajari kaidah bahasa Arab maka sudah semestinya kita mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan hukum-hukum tajwid agar tidak salah dalam membaca atau mengucapkan. Padahal, salah baca atau salah ucap akan menimbulkan perbedaan makna bahkan memutarbalikkan fakta. Suatu kata yang seharusnya berkedudukan sebagai pelaku berubah menjadi objek dan seterusnya. Tentu saja hal ini -membaca dengan benar serta mengikuti kaidah- tidak bisa disepelekan.
3. Menambah kosakata merupakan salah satu sebab utama untuk melancarkan proses belajar kaidah dan membaca kitab. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membeli Kamus Bahasa Arab-Indonesia seperti Al-Munawwir, atau dengan membeli kamus kecil Al-Mufradat yang berisi kosakata yang sering digunakan dalam kitab-kitab para ulama. Selain itu bisa juga dengan membeli satu jenis buku dengan 2 versi; asli bahasa Arab dan terjemahan. Dengan memiliki kitab berbahasa Arab akan memacu pemiliknya untuk bisa membacanya. Sedangkan dengan terjemahannya akan membantu dalam proses belajar membaca kitab ketika menemukan kata-kata atau ungkapan yang susah dimengerti.
4. Hendaknya mencari guru yang benar-benar memahami materi kaidah bahasa Arab dan bisa mengajarkannya. Untuk poin ini mungkin sangat bervariasi -tidak bisa diberi batasan yang kaku-, karena tingkat pemahaman orang terhadap kaidah bahasa arab juga bertingkat-tingkat. Hanya saja yang dimaksud di sini adalah perlunya memilih guru yang mengajarkan materi dengan dasar ilmu bukan dengan kebodohan.
5. Dibutuhkan kesabaran untuk terus mengikuti pelajaran dan mengulang-ulang pelajaran (muraja’ah) agar pemahaman yang dimiliki semakin kuat tertanam. Apabila menemukan hal-halyang belum dipahami hendaknya segera menanyakan kepada pengajar atau orang yang lebih tahu dalam hal itu. Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam, barangsiapa yang ingin mendapatkan segudang ilmu secara tiba-tiba niscaya ilmu yang diperolehnya akan cepat hilang.”
6. Hendaknya bersungguh-sungguh dalam belajar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami niscaya Kami pun akan memudahkan baginya jalan-jalan menuju keridhaan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69). Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa di dalam ayat ini Allah ta’ala mengaitkan antara hidayah dengan kesungguh-sungguhan/jihad. Maka orang yang paling besar hidayahnya adalah orang yang paling besar kesungguhan/jihadnya. Pepatah arab mengatakan, “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, niscaya dia akan mendapatkan.
D. Belajar Itu ada Tuntunannya
Belajar merupakan syarat yang paling utama dalam memperoleh ilmu dengan baik. Dengan belajar seseorang dapat mengetahui apa saja tentang peristiwa dan gejala alam di sekitarnya. Mulai dari hal yang kecil sampai yang besar, yang unik sampai yang tidak bernilai.
Belajar membutuhkan semangat yang kokoh, militan, dan berkesinambungan agar hasilnya dapat dipetik sesuai harapan si pembelajar. Untuk memudahkan proses transfer ilmu dalam belajar, misalnya memudahkan pemahaman tentang bacaan yang dikaji, membutuhkan teknik khusus yang mesti diterapkan oleh penikmatnya. Belajar dengan metode semrawut memungkinkan pelakunya memperoleh ilmu sekadarnya saja, bahkan ada yang tidak memperoleh apa pun dari proses belajarnya itu. Alangkah sayang, alangkah ruginya.
Seyogyanya belajar dibarengi, tidak hanya dengan semangat akan tetapi bertumpu pada niat yang benar dan ‘membara’. Hal ini sebagai bagian dari teknik belajar yang baik. Bisa dibayangkan, bagaimana perbedaan hasil belajar antara orang yang belajar hanya untuk tujuan yang biasa-biasa saja, misalnya untuk lulus dalam sebuah seleksi, dibandingkan dengan orang yang belajar dengan niat ibadah. Tentu hasilnya akan berbeda. Jika niat yang pertama akhirnya ‘berhasil’ dalam prosesnya, tentu dia akan memperoleh sesuai dengan niat dan tujuannya itu tanpa ‘bonus’. Sekali lagi, karena niatnya hanya untuk lulus. Pelaku belajar yang kedua memiliki nilai lebih, anggaplah tadi niatnya adalah ibadah, sehingga kalau pun dia tidak lulus dalam tahap seleksi maka dia memperoleh nilai tambah ibadah. Kalau berhasil? Tentu keduanya dapat; hasil dan bonus tadi.
Belajar dari nilai atau hasil belajar tersebut, perlu dicanangkan tuntunan yang benar dan lurus.
* belajar dengan niat yang lurus; ibadah.
* belajar dengan cara yang benar; metode dan kesungguhan.
* hasil belajar dengan implementasi tepat guna.
Tak ada tuntunan yang lebih baik apabila ketiga hal tersebut hilang dari jiwa sang pembelajar. Bukan pembelajar sejati namanya jika niatnya bukan untuk ibadah. Karena sesungguhnya niat itulah yang mengantarkan pada kesuksesan ditambah nilai plus dari ikhtiar yang maksimal serta aplikasi atau penerapan ilmu yang tepat guna.
III. Penutup
sekian dari kami, apabila dalam makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan, kami minta maf sebesar-besarnya, dan kami mengaharapkan kepada pembaca sekalian, untuk bisa memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk memajukan kami dalam hal membuat makalah.
Terimakasih.
IV. Daftar Pustaka
1. Abu Shofia dan Ibnu Sanusi, Panduan belajar bagi penuntut ilmu (Terjemah Ta’limul Muta’alim). Pustaka Amani. Jakarta. 2005.
2. http://ariib.blogspot.com/2010/01/niat-dalam-belajar.html.
3. http://www.kulinet.com/baca/belajar-itu-ada-tuntunannya.

Waktu Belajar Yang baik Menurut Kitab Ta'limul Muta'alim

I. Pendahuluan
Pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia Indonesia dapat dilaksanakan secara berhasil bila upaya pembangunan tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Untuk melaksanakan pembangunan seperti itu diperlukan suatu sistem administrasi pembangunan yang berkemampuan serta memberi peluang bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, sudah banyak usaha yang telah ditempuh pemerintah. Pengembangan aktifitas dalam bidang pendidikan merupakan salah satu alternatif mengembangkan sumber daya manusia yang telah diupayakan pemerintah, upaya tersebut antara lain adanya program wajib belajar maupun kebijakan lainnya.
Untuk menghasilkan output yang berkualitas dalam proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh berhasil tidaknya kegiatan belajar. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat diketahui dari prestasi yang dicapai oleh siswa, dikarenakan prestasi belajar merupakan hasil yang telah dilakukan atau dikerjakan.
Diakui oleh berbagai pihak termasuk para guru, bahwa ternyata banyak faktor yang dapat menghambat kemajuan belajar serta mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

II. Pembahasan
a. Pengertian Waktu Belajar.
Menuntut ilmu itu mulai dari ayunan (masih kanak-kanak) sampai ke liang kubur (mati). Husain bin ziyad tetap belajar ketika usiaa 80 tahun. Dia tidak pernah nyenak tidur selama 40 tahun, setelah itu Beliau berfatwa selama 40 tahun.
Masa muda harus di gunakan untuk utama menuntut ilmu sebaik-baiknya. Adapun waktu belajar yang paling baik ialah menjelang waktu subuh dan antar waktu maghrib sampai isya’.
Para santri/ pelajar harus memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar. Jika jemu mempelajari satu bidang ilmu, hendaknya belajar dengan ilmu yang lain.ibnu Abbas jika mulai jemu berkata, “Bawakanlah kemari buku ciptaan para penyair.” Muhammad bin hasan setiap malam tidak pernah tidur. Di sampingnya di sediakan beberapa buku, bila merasa bosan mempelajari satu ilmu Beliau ganti yang lain.
Beliau selalu menyediakan air di hadapanya, jika mersa ngantuk, air itu di minum untuk mengusir rasa ngantuknya. Beliau berkata :
النوم من الحرارة فلابد من دفعه بالماء البارد
“Kantuk itu timbul dari panas, maka haruss di tolak dengan air dingin”.

b. Waktu belajar yang baik adalah sesuai sikon dan toleransi
Tiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda buat belajar. Ada yang sukanya cuma belajar kalau di sekolah saja, ada juga yang di sekolah atau di kampus nggak perhatikan guru atau dosen mengajar, jadi ya terpaksa pas di rumah belajar mati-matian.
Situasi dan kondisi lingkungan sekitar kita juga turut menentukan waktu belajar yang tepat. Kalau rumah kita dekat dengan pabrik yang berisik di siang hari ya berarti yang bagus belajarnya ya malem-malem pas lagi sepi, tapi kalau rumah dekat tempat hiburan malam ya terpaksa belajar pagi atau sore di luar jam sekolah atau kuliah.
Yang paling bagus belajar itu menyesuaikan dengan mood dan toleransi tubuh kita. Kalau kita jam 8 malam udah terasa mengantuk berat ya sebaiknya belajar sore atau selepas maghrib. Kalau mood lagi nggak asyik ya sebaiknya jangan memaksakan untuk belajar karena belajarnya bisa sia-sia. jangan jadikan mood yang jelek sebagai alasan buat tidak belajar.
Belajar juga nggak harus di rumah sendirian tetapi bisa ikut bimbingan belajar alias bimbel atau belajar kelompok sama teman-teman yang belajarnya getol dan serius abis. Hindari belajar bersama teman yang cuma becanda saja kerjaannya karena belajar jadi percuma. Belajar juga harus dibatasi waktunya, karena kita juga butuh hiburan. Usahakan istirahat belajar setelah satu atau dua jam untuk sekedar cari angin, makan cemilan, main gitar, nonton film kartun, ngobrol dengan teman atau keluarga, dsb.
Jadi waktu belajar memang tidak bisa ditentukan sama untuk semua orang karena banyak sekali faktor yang menentukan. Tetapi pada intinya jangan memporsir balajar sambil begadang karena hasilnya tidak akan maksimal dan cenderung memperlemah pertahanan tubuh kita sehingga akan mudah terserang berbagai penyakit.
c. Waktu Belajar yang baik dan efektif
Belajar dengan teratur adalah salah satu cara untuk bisa mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran maupun tes di sekolah, Namun walau begitu, bukan berarti kita harus belajar setiap saat. Butuh waktu yang tepat untuk kapan kita belajar, dan kapan kita harus melakukan kegiatan lainya.
Lalu kapankah waktu yang belajar yang baik dan efektif? Berdasarkan tingkat kefektifanya, waktu belajar yang baik dan efektif terbagi menjadi 3, yaitu :

Sepulang Sekolah (sekitar jam 13.00 sampai 15.00)
Belajar pada jam sepulang sekolah dimaksudkan untuk mempermudah masuknya ilmu pelajaran yang baru disampaikan saat sekolah. Karena begitu pulang sekolah, pelajaran yang diterangkan oleh Guru masih berada dalam ingatan yang cukup kuat.

Sore hari sekitar jam 18.30 sampai jam 21.00
Waktu di rentang jam ini sering disebut sebagai jam belajar masyarakat. Waktu ini sangat cocok digunakan untuk belajar atau meengerjakan tugas sekolah.

Pagi Buta sebelum berangkat sekolah (04.30 sampai 06.00)
Ada pagi hari buta seperti ini, pikiran kita masih segar dan fresh, sehingga kita bisa mempelajari dan menghafal materi dengan baik. Gunakan juga waktu ini untuk memeriksa buku serta mengecek PR yang diberikan oleh Guru.

III. Penutup
Sekian dari kami, apabila ada kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kami menerima kritik saran yang membangun, terima kasih.

IV. Daftar Pustaka
http://etd.eprints.ums.ac.id/1186/1/A220040011.pdf
Abdul Qodir Aljufri, Terjemah Ta’llim Muta’alim. Mutiara Ilmu Surabaya. Cet I. 1995.
http://organisasi.org/waktu-belajar-yang-efektif-pagi-siang-sore-atau-malam#comment-5867.
http://catatan.agusmulyadi.com/2011/08/waktu-belajar-yang-baik-dan-efektif.html