Selasa, 10 Januari 2012

Mencari Ilmu, Guru, dan Teman Menurut Kitab ta'limul Muta'alim

I. Pendahuluan
Mencari ilmu adalah hal yang paling mulia di sisi Allah SWT, dan begitu banyak rintangan dan godaan yang menghadang dalam meraih kesuksesan, serta sulit bagi orang awam untuk meraihnya. Oleh karena itu dalam mencari ilmu, mempunyai banyak aturan-aturan yang harus di penuhi atau di jalankan, seperti dalam memilih ilmu yang akan di pelajari, memilih guru, serta memilih teman yang bisa di jadikan sahabat dalam menuntut ilmu, karena tanpa mengetahui kriteria tersebut, tidak mungkin seorang yang mencari ilmu itu dapat sukses 100%, oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas sedikit tentang bagaimana cara memilih ilmu yang akan di pelajari, memilih guru, dan memilih teman.
Namun bila semua itu bisa di penuhi atau di jalankan, insya Allah kita yang sedang mencari ilmu akan mendapatkan hasil yang kita inginkan, serta sabar dan istiqomah dalam menuntut ilmu.
Semoga bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian, amin.



Penulis,








II. Rumusan Masalah
• Tata cara mencari ilmu
• Tata cara mencari guru
• Tata cara mencari teman dalam mencari ilmu

III. Pembahasan
FASAL MENERANGKAN TENTANG MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN UNTUK MENCARI ILMU
A. TATA CARA MENCARI ILMU
Sebaiknya orang yang mencari ilmu itu memilih ilmu yang baik, dan perkara yang dibutuhkan dalam urusan agama, baik hal yang mendesak (waktu yang sempit) ataupun hal yang tidak mendesak (waktu yang luas), dan seorang yang mencari ilmu sebaiknya mendahulukan ilmu tauhid supaya orang yang mencari ilmu tadi mengerti atau tau tentang dalil-dalil Allah swt, meskipun dalam madzhab kita (Imam Syafi’i) diperbolehkan atau diperkenankan iman kepada allah dengan ikut-ikutan (taqlid), akan tetapi dikatakan berdosa jika orang tadi meninggalkan mencari dalil tentang kebenaran atau sifat-sifat Allah. Dan dianjurkan lagi bagi orang yang mencari ilmu untuk memilih ilmu yang kuno, maksudnya ilmu yang berasal dari Nabi Muhammad saw, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka,bukan ilmu yang baru seperti ilmu manthiq, ilmu hikmah, ilmu khilaf. Seperti yang telah dikatakan oleh ulama’ :
عَلَيْكُمْ بِالْعَتِيْقِ وَاِيَّاكُمْ بِالمُحْدَثَاتِ
”berpeganglah pada ilmu yang kuno atau dahulu dan takutlah kalian pada ilmu yang baru”.
Dan jauhilah dari hal-hal yang menyibukkan kamu seperti debat, karena sudah jelas bahwa debat akan terjadi setelah wafatnya orang-orang ‘alim yang agung. Sesungguhnya debat akan menjauhkan orang yang mencari ilmu dari kepahaman, menyia-nyiakan umur, mendatangkan keresahan atau kegundahan, dan permusuhan dari keduanya. Adapun debat adalah salah satu tanda dari hari kiamat, hilangnya ilmu, kepahaman, dan mendatangkan perkara yang baru.
B. TATA CARA MENCARI GURU
Adapun memilih guru dianjurkan untuk memilih guru yang lebih ‘alim lebih wira’i (menjaga dari hal-hal yang haram), dan yang lebih tua. Seperti olehnya Abu Hanifah dalam memilih guru, beliau berfikir, dan berangan-angan dulu sebelum merguru pada orang lain, dan akhirnya pun beliau menemukan seorang guru yang agung, bijaksana dan sabar yang luar biasa, yaitu Hamad bin Abi Sulaiman. Dalam memilih guru dapat juga dengan cara bermusyawaroh dengan orang yang lebih tua, tidak hanya dalam memilih guru, dalam segala halpun dianjurkan untuk bermusyawaroh kepada orang yang lebih pintar. Hingga dalam kebutuhan rumah tangga pun dianjurkan untuk bermusyawaroh, seperti yang telah dikatakan oleh Ali bin Abi Tholib :
مَا هَلَكَ اُمْرَؤٌ عَنْ مَشُوْرَةٍ
”Tidak akan rusak orang dari bermusyawaroh”.
Karena mencari ilmu itu adalah derajat yang luhur dan sulit, oleh karena itu, musyawaroh sangat penting dan wajib dalam menuntut ilmu.
Sebaiknya orang yang mencari ilmu harus menetapi dan sabar terhadap gurunya, dan kitab-kitabnya sehingga tidak meninggalkan sebelum menyelesaikannya. Dan tidak pindah dari tempat belajar ke tempat yang lain tanpa ada dlorurot, sehinnga dapat menyempurnakan belajarnya. Karena bila pindah ke tempat yang lain tanpa menyempurnakannya terlebih dahulu itu dapat menyebabkan bahaya atau dlorurot, seperti menyia-nyiakan waktu, menyakiti hati guru, dll. Seperti yang telah dikatakan Ali bin Abi Tholib :
أَلاَ لاَ تَنَالُ العِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانِ *
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ وَاِرْشَادِ أُسْتَاذِ وَطُوْلِ الزَّمَانِ
”Ingalah! Tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan dijelaskan dan terkumpul dengan jelas. Yaitu cerdas, semangat, sabar, uang, petunjuk guru, waktu yang lama”.

C. TATA CARA MEMILIH TEMAN
Memilih teman, sebaiknya bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, wira’i, orang yang memiliki watak yang benar, dan banyak kepahamannya. Dan jauhilah orang-orang yang malas, menyia-nyiakan waktu, banyak bicara, banyak melakukan kerusakan, dan fitnah. Karena banyak orang yang soleh menjadi bodoh hanya karena berteman dengan orang yang membuat kerusakan. Seperti yang telah dikatakan oleh Nabi :
كل مواود يولد على الفطرة السلام الا ان ابواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه ... الحدث
”Setiap anak yang dilahirkan itu terlahir dalam keadaan islam, tetapi orang tuanyalah yang membuat anknya menjadi yahudi, nasrani, atau majusi”.
IV. Kesimpulan
Mencari ilmu adalah suatu hal yang agung dan sulit, oleh karena itu kita harus tahu bagaimana cara-cara dalam mencari ilmu, dan hal yang terpenting dalam mencari ilmu adalah “ilmu yang di pelajari, guru yang mengajar, serta teman yang setia dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu”.

V. Daftar Pustaka
Kitab Ta’limul Muta’alim,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar